Beranda Agama Menjaga Kerukunan, Menuju Indonesia Emas 2045

Menjaga Kerukunan, Menuju Indonesia Emas 2045

51
0
BERBAGI
Muhammad Adib Abdushomad, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag

Silatnas FKUB Kementerian Agama hadirkan ratusan tokoh lintas iman. Mencari solusi konkret demi harmoni bangsa.

Serpong, Inspirasinews.com — Kementerian Agama kembali menggelar Silaturahmi Nasional (Silatnas) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), 5–7 Agustus 2025, di Serpong, Tangerang Selatan.

Agenda ini mempertemukan lebih dari 350 tokoh lintas agama, Kepala Kanwil Kemenag se-Indonesia, dan ketua tim kerja kerukunan dari berbagai daerah.

Forum tiga hari ini mengambil tema besar “Merawat Kerukunan Umat Menuju Indonesia Emas 2045”.

Kerukunan adalah Fondasi

Tema ini tidak dipilih secara serampangan. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, kerukunan adalah fondasi utama dalam membangun bangsa yang beradab dan religius.

“Silatnas bukan seremoni. Ini ruang konsolidasi nasional, di mana tokoh agama, pemerintah daerah, dan lembaga kerukunan bertemu untuk merumuskan langkah strategis menjaga harmoni sosial,” ujar Kamaruddin dalam pembukaan Silatnas, Minggu (3/8).

Ia menambahkan, Indonesia Emas tak cukup dibangun dengan infrastruktur semata. Tanpa kerukunan dan inklusivitas sosial, pembangunan hanya akan menghasilkan kegaduhan yang sistemik. Oleh karena itu, FKUB didorong menjadi garda terdepan menjaga ruang damai, serta proaktif mencegah konflik sejak dini.

Dialog dan Deklarasi Damai
Salah satu momen penting dalam forum ini adalah sesi brainstorming bersama para pemimpin lembaga keagamaan nasional, seperti MUI, PGI, KWI, PHDI, PERMABUDHI, dan MATAKIN.

Para tokoh tersebut menyampaikan pandangan mereka terkait kondisi keberagamaan terkini serta pentingnya memperkuat saling percaya antarumat beragama.

pemimpin keagamaan

Di akhir sesi, forum merancang pembacaan Deklarasi Damai Nasional. Dokumen ini menjadi acuan moral dan komitmen bersama bagi para pemimpin keagamaan untuk memperkuat toleransi serta memitigasi potensi konflik di tengah masyarakat.

Menurut Muhammad Adib Abdushomad, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag, forum ini tidak berhenti pada diskusi. Ada empat sidang komisi yang membedah isu-isu utama:

  • Inklusivitas Keberagaman;
  • Peran Pemerintah Daerah dalam Penguatan FKUB;
  • Penguatan Lembaga dan Aktor Kerukunan;
  • Harmonisasi Rumah Ibadat dan Praktik Keagamaan.

“Ini kerja bersama. Pemerintah tak bisa berjalan sendiri. Perlu ada sinergi antarpemangku kepentingan, termasuk masyarakat sipil,” ujar Gus Adib, sapaan akrabnya.

Kerukunan sebagai Aset Kebangsaan
Forum ini juga melibatkan kementerian dan lembaga lain, seperti Kementerian Koordinator PMK, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sekretariat Negara, serta ormas dan akademisi seperti Alissa Wahid, PP Muhammadiyah, dan PPIM UIN Jakarta.

Kemenag berharap forum ini menjadi bentuk konsolidasi program nasional di bidang kerukunan, termasuk bagian dari delapan program prioritas (Asta Protas) mereka. Salah satu fokusnya adalah membangun peradaban berbasis nilai kemanusiaan dan kolaborasi lintas iman.

“Jika Indonesia ingin tetap utuh di usia seabad nanti, kerukunan harus dijadikan investasi jangka panjang,” ujar Kamaruddin.

membangun sistem

Ia menegaskan, FKUB bukan hanya responsif terhadap konflik, tapi harus mampu membangun sistem pencegahan dan penguatan sosial berbasis dialog.

Di tengah meningkatnya tensi politik, polarisasi sosial, serta kemunculan kembali intoleransi dalam ruang digital, forum seperti Silatnas FKUB menjadi oase yang mengingatkan kita bahwa keberagaman bukan masalah—tetapi modal besar yang dimiliki bangsa ini.

TEKS : YULIE AFRIANI | EDITOR : IMRON SUPRIYADI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here