
Ibis Palembang Sanggar Ajak Anak Disabilitas dan Masyarakat Belajar Makna Merdeka Lewat Donor Darah & Karya Seni
Di aula sederhana Ibis Palembang Sanggar, pagi 15 Agustus 2025 itu, warna-warna cerah mulai merekah di atas kanvas.
Kuas-kuas mungil menari, digerakkan tangan-tangan kecil anak-anak disabilitas yang duduk melingkar bersama relawan. Sesekali terdengar tawa, sesekali senyum malu-malu, tapi semua tersatukan oleh tema besar: Mewarnai Kemerdekaan dengan Kepedulian.
Bukan sekadar peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, kegiatan ini adalah ruang belajar sosial yang sesungguhnya.
Anak-anak belajar mengekspresikan diri, masyarakat belajar menghargai perbedaan, dan semua yang hadir belajar bahwa kemerdekaan berarti memberi ruang setara bagi setiap orang untuk tumbuh.
Karya yang Menyembuhkan
Di sudut aula, Adi (11), siswa tunarungu dari sekolah inklusi di Palembang, memegang kuas dengan mantap. Di kanvasnya tergambar gunung dan matahari, simbol harapan.
“Aku mau bikin gambar yang cerah,” tulisnya lewat bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh guru pendamping. “Supaya semua orang senang.”
Di hadapan Adi, beberapa tamu hotel mencoba mengikuti alur warna yang dia pilih. Proses ini bukan hanya menghasilkan lukisan, tetapi membangun dialog tanpa kata antara dunia yang berbeda.
Donor Darah: Pelajaran Kepedulian Nyata
Tak jauh dari sana, meja registrasi donor darah sudah dipenuhi warga dan tamu hotel. Setiap kantong darah yang terisi adalah bentuk kepedulian yang konkret.
“Ini pertama kali saya donor darah,” ujar Maya, mahasiswa yang ikut hadir. “Awalnya takut, tapi melihat anak-anak tadi, saya jadi berpikir, memberi itu tidak harus besar, yang penting tulus.”
Bagi pihak hotel, kegiatan donor darah ini adalah pengingat bahwa pendidikan karakter tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di ruang publik.
“Kami ingin semua tamu pulang membawa cerita, bukan hanya menginap,” kata manajer Ibis Palembang Sanggar.
Menyatukan Seni, Sosial, dan Pendidikan
Kolaborasi dengan Komunitas Warno Warni Palembang membuat kegiatan ini sarat pesan inklusif. Seni menjadi medium pembelajaran yang lembut namun kuat.
Anak-anak belajar bekerja sama, orang dewasa belajar memahami keterbatasan tanpa belas kasihan berlebihan.
Kepedulian pun dibungkus dalam nuansa kebersamaan. Di sela kegiatan, pihak hotel juga menghidangkan menu spesial kemerdekaan—Nasi Campur Palembang, Nasi Jinggo Bali, dan minuman sehat—sebagai bentuk merayakan keberagaman kuliner Nusantara.
Pelajaran dari Hari Itu
Bagi banyak orang, kemerdekaan identik dengan upacara dan lomba. Namun, dari kegiatan ini, peserta belajar bahwa merdeka juga berarti memberi kesempatan yang sama untuk tersenyum, berkarya, dan merasa dihargai.
Adi dan teman-temannya pulang membawa lukisan, para pendonor pulang dengan lengan dibalut plester, tapi semua membawa pulang sesuatu yang lebih besar: kesadaran bahwa pendidikan terbaik adalah ketika kita belajar saling peduli.
TEKS : YULIE AFRIANI | EDITOR : IMRON SUPRIYADI