
Di Dusun Selaro, sebuah desa kecil di Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, singkong bukan sekadar tanaman pangan.
Musibanyuasin, Inspirasinews.com – Di balik kulitnya yang sering dibuang, tersimpan kisah inspirasi: bagaimana limbah bisa menjelma menjadi penyelamat ketika api mengamuk.
Tahun 2023, kebakaran melanda kebun sawit seluas satu hektar di dusun ini. Asap pekat, tanah hangus, dan wajah-wajah cemas menjadi kenangan yang membekas. Warga saat itu hanya bisa pasrah. Namun, siapa sangka dari luka itu lahir sebuah harapan—dari kulit singkong yang selama ini terbuang.
Pelajaran dari Api
Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang bersama Fakultas Pertanian Universitas Jambi melihat pengalaman pahit itu bukan sekadar bencana, melainkan guru kehidupan. Dari penelitian, ditemukan bahwa kulit singkong mengandung potasium sitrat yang bisa membantu memadamkan api.
Inovasi sederhana lahir: kulit singkong diolah, dipadatkan, dibentuk menjadi bola, lalu dilapisi hingga siap digunakan sebagai Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Begitu bola ini mengenai api, ia meledak, melepaskan potasium sitrat, dan api pun padam.
“Seperti ada mukjizat dari singkong. Dulu hanya sampah, kini bisa jadi penyelamat,” tutur Elisa, anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Embun Pagi, matanya berbinar penuh syukur.
Kelas Kehidupan di Dusun Selaro
Tanggal 16 Agustus lalu, halaman Rumah Produksi KWT Embun Pagi berubah menjadi ruang kelas inspiratif. Bukan guru dengan kapur, melainkan dosen, peneliti, dan masyarakat yang belajar bersama tentang kulit singkong penyelamat api.
Elisa dan kawan-kawan tak sekadar mendengar teori, tapi langsung praktek: menggiling kulit singkong, membentuk bola, hingga memahami cara kerjanya di lapangan.
“Kami merasa punya ilmu baru. Rasanya seperti kembali sekolah, tapi sekolah tentang hidup,” kata Elisa sambil tertawa kecil.
Lebih dari Sekadar Teknologi
Iwan Ridwan Faizal, Manager Community Involvement & Development Pertamina Hulu Rokan, menyebut inovasi ini sebagai bentuk komitmen kebersamaan. Baginya, bola kulit singkong bukan hanya soal pemadam api, tapi juga tentang kesadaran kolektif: bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab bersama.
“Kebakaran bisa menghancurkan hidup dalam sekejap. Tapi dengan ilmu ini, warga punya bekal untuk melindungi diri dan lingkungannya. Bagi kami, inilah wujud nyata inspirasi dari desa untuk dunia,” ungkapnya.
Inspirasi dari Singkong
Singkong selalu dikenal sebagai sumber pangan rakyat. Umbinya diolah menjadi tepung, keripik, hingga mocaf. Kini, kulitnya yang dulu dibuang justru menjadi simbol ketangguhan.
Ia mengajarkan bahwa tak ada yang benar-benar sia-sia. Bahkan limbah pun bisa menjadi cahaya harapan ketika disentuh oleh pengetahuan dan kepedulian.
Dari Dusun untuk Indonesia
Pelatihan ini hanyalah awal. Dengan pendampingan berkelanjutan dari akademisi dan perusahaan, Dusun Selaro berpeluang menjadi pusat inspirasi mitigasi kebakaran berbasis inovasi lokal.
“Kami ingin membuktikan bahwa desa bukan sekadar penerima bantuan. Kami juga bisa melahirkan solusi,” ujar Dr. Mursalin, peneliti dari Universitas Jambi.
Api Padam, Harapan Menyala
Bagi warga Selaro, bola singkong bukan sekadar benda. Ia adalah simbol kebangkitan: bahwa dari keterbatasan bisa lahir kekuatan, dari kesederhanaan bisa lahir kebijaksanaan, dan dari limbah bisa lahir kehidupan baru.
“Kalau dulu kami hanya takut setiap musim kemarau, sekarang kami punya senjata. Senjata yang lahir dari tanah kami sendiri,” kata Elisa, tersenyum sambil menggenggam bola singkong di tangannya.
Api boleh datang kapan saja. Tapi kini, Dusun Selaro sudah punya cara untuk melawannya—dengan singkong, dengan ilmu, dan dengan semangat yang tak pernah padam.
TEKS : RELEASE/YULIE AFRIANI | EDITOR : WARMAN P