
Kreativitas Publikasi Satker Kemenag Sumsel
PALEMBANG | Inspirasinews.com – Di Aula Kanwil Kementerian Agama Sumatera Selatan, Rabu pagi itu terasa berbeda. Meja-meja tersusun rapi, layar besar menampilkan wajah-wajah peserta yang hadir secara daring dari berbagai kabupaten/kota.
Sementara di ruangan, para kepala madrasah, pengelola KUA, dan humas satuan kerja tampak bersemangat. Mereka hadir bukan hanya untuk mengikuti sebuah pelatihan biasa, melainkan untuk menyimak sebuah ajakan yang bisa mengubah wajah komunikasi Kementerian Agama di Sumsel.
Workshop bertema “Implementasi SE Sekjen Nomor 29 Tahun 2025 tentang Penguatan Publikasi Capaian dan Dampak Kinerja” ini ibarat suntikan energi baru.
Dipandu oleh Kepala Bagian Tata Usaha H. Taufiq yang mewakili Kakanwil, kegiatan ini menegaskan bahwa humas bukan sekadar pengelola berita, tetapi garda terdepan pembentuk citra dan reputasi lembaga.
“Humas merupakan ujung tombak penyampai pesan. Kita harus berinovasi dan beradaptasi agar publikasi kita tidak hanya sampai, tetapi juga berdampak,” ujar Taufiq penuh penekanan.
Pesan ini bukan sekadar kata-kata motivasi. Ia menjadi pengingat bahwa reputasi lembaga lahir dari konsistensi dalam menyampaikan kinerja yang nyata.

Media sosial resmi, kanal berita, hingga dokumentasi sederhana bisa menjadi jembatan yang kuat antara Kemenag dan masyarakat bila dikelola dengan kreatif.
Taufiq juga mengingatkan peserta agar memanfaatkan workshop ini sebagai ruang belajar, bertukar ide, dan mengasah kemampuan. “Setiap pesan membentuk persepsi publik. Mari buktikan Kemenag Sumsel unggul dalam pelayanan sekaligus komunikasi,” katanya.
Yang membuat acara ini berbeda adalah materi yang dihadirkan. Selain mengupas detail implementasi SE Sekjen, peserta juga dikenalkan pada bahasa isyarat untuk pelayanan publik.
Septiananda Rahmadiani, S.Pd., narasumber dari SLB B Karya Ibu Palembang, memandu sesi ini dengan penuh empati.
Sentuhan materi ini menghadirkan perspektif baru: bahwa pelayanan publik yang baik juga berarti inklusif, ramah, dan peduli pada kelompok rentan.
Abdul Qudus Fitriansyah, Ketua Tim Kerja Humas dan Protokol Kanwil Kemenag Sumsel, menuturkan bahwa inisiatif ini lahir dari kesadaran untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. “Bahasa isyarat menjadi bagian dari komitmen kita untuk lebih ramah dan inklusif,” jelasnya.
Di balik layar, energi para peserta terasa mengalir. Ada kepala madrasah yang langsung membayangkan konten kreatif untuk media sosial sekolahnya, ada petugas KUA yang ingin mengangkat kisah inspiratif pelayanan nikah di pelosok, ada pula humas satker yang siap menjadikan kanal resmi sebagai ruang berbagi cerita kinerja nyata.
Semangat inilah yang diharapkan lahir dari workshop ini: menjadikan publikasi bukan sekadar laporan, melainkan kisah yang menyentuh hati, menggerakkan orang, dan menginspirasi masyarakat.
Kegiatan sehari penuh itu menutup dengan satu benang merah: reputasi lembaga bukan dibangun oleh jargon, tetapi oleh tindakan nyata yang diceritakan dengan baik. Dan di tangan para humas, cerita-cerita inspiratif itu siap lahir, tumbuh, dan membawa manfaat bagi umat.
TEKS : HUMAS KEMENAG SUMSEL / YULIE | EDITOR : IMRON SUPRIYADI