
Palembang | Inspirasinews.com – Selasa (23/9/2025) siang itu, Auditorium lantai 7 Gedung Utama Presisi Polda Sumsel terasa berbeda. Kursi-kursi tertata rapi, layar besar menayangkan wajah-wajah perempuan berseragam biru cokelat dari berbagai Polres di Sumatera Selatan.
Di ruangan inilah, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, pemilihan Perwira Koordinator (Pakor) Polwan Polda Sumsel berlangsung secara terbuka dan diikuti secara virtual oleh jajaran Polwan se-Sumsel.
Di balik acara yang terlihat sederhana ini, tersimpan denyut regenerasi dan semangat baru Polwan. Estafet kepemimpinan diserahkan dari AKBP Shinta, SIK kepada sosok baru yang selama ini dikenal tegas dan rendah hati: AKBP Yenni Diarty, SIK dari Ditlantas Polda Sumsel.
Regenerasi Tanpa Henti
AKBP Shinta berdiri di podium, wajahnya bersinar. Dalam pidatonya, ia mengucapkan terima kasih atas kerja sama seluruh Polwan Polda Sumsel dan Polres jajaran.
“Selama saya menjabat Pakor, banyak dukungan yang membuat kegiatan Polwan berjalan baik. Semoga ke depan Polwan Polda Sumsel makin berprestasi dan mengharumkan nama institusi Polri,” ujarnya.
Ia kemudian mengumumkan hasil pemilihan dari delapan calon yang diajukan. Nama AKBP Yenni Diarty keluar sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan Polwan Polda Sumsel. Tepuk tangan menggema. Bagi Shinta, ini bukan sekadar serah terima jabatan, tetapi simbol keberlanjutan visi Polwan yang profesional dan humanis.
Potret Polwan Modern
Saat ditemui wartawan usai pemilihan, AKBP Yenni Diarty mengucapkan “Alhamdulillah Wasyukrulillah” dengan mata berbinar.
Alumni Akpol 2005 ini pernah menjabat Wakapolres Banyuasin, dikenal dekat dengan anggota dan aktif di lapangan.
Ia menegaskan amanah barunya sebagai Pakor Polwan akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab. “Semoga amanah ini dapat terlaksana dengan baik dan sukses,” katanya.
Baginya, Polwan kini bukan hanya simbol kehadiran perempuan di kepolisian. Ada enam aspek penting yang menjadi pijakan: pelayanan kepada masyarakat, profesionalisme, pengembangan diri, kesetaraan gender, negosiasi, dan kepemimpinan.
“Polwan harus hadir di tengah masyarakat, membantu menyelesaikan masalah sosial, menjaga rasa aman, dan sekaligus menjadi teladan,” ujarnya.
Pelayanan dan Profesionalisme
Yenni menekankan pentingnya pelayanan kepada masyarakat. Polwan, katanya, adalah ujung tombak pendekatan humanis Polri.
“Kedisiplinan dan integritas harus jadi contoh,” ujarnya. Profesionalisme, baginya, bukan hanya soal kinerja teknis, tetapi juga etika dalam bertugas, kemampuan komunikasi, dan kemampuan mendengar aspirasi masyarakat.
Kesetaraan Gender dan Negosiasi
Bagi Yenni, Polwan juga menjadi wajah kesetaraan gender di tubuh Polri. Dengan keterlibatan perempuan, Polri bisa lebih adaptif menghadapi tantangan sosial, termasuk isu-isu sensitif seperti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Polwan pun memainkan peran vital dalam negosiasi, misalnya saat mengawal unjuk rasa agar situasi tetap damai. “Negosiasi adalah seni empati dan komunikasi. Polwan punya keunggulan di situ,” tuturnya.
Kepemimpinan yang Memberdayakan
Sebagai Pakor Polwan, Yenni berharap bisa mendorong rekan-rekannya terus mengembangkan diri, berani mengambil peran kepemimpinan, dan memperluas jejaring profesional. “Polwan bukan hanya pelengkap. Kita adalah kekuatan strategis yang bisa memberikan kontribusi nyata bagi keamanan dan ketertiban masyarakat,” kata mantan Wakapolres Banyuasin ini.
Simbol Regenerasi di Tengah Transformasi Polri
Pemilihan Pakor Polwan Polda Sumsel kali ini menjadi simbol kecil dari transformasi besar Polri. Di era kemajuan teknologi informasi dan ekspektasi publik yang tinggi, Polwan harus berkompetitif dan adaptif. Dengan kepemimpinan baru, diharapkan Polwan Polda Sumsel makin berprestasi, profesional, dan setara.
Peristiwa ini bukan sekadar pemilihan internal, melainkan cermin dinamika institusi Polri. Di balik seragam dan pangkat, ada manusia-manusia yang terus belajar, berproses, dan membangun jaringan pelayanan publik.
Dari podium auditorium Polda Sumsel hingga ke layar virtual Polwan di daerah, nama AKBP Yenni Diarty kini menjadi simbol wajah baru Polwan Polda Sumsel. Regenerasi yang sunyi tapi menentukan. Seperti yang ia katakan sendiri, ini bukan kemenangan pribadi, melainkan amanah kolektif untuk membawa Polwan Sumsel melaju seiring perubahan zaman.
Di tangan Yenni dan ratusan Polwan lainnya, profesionalisme, pelayanan, dan kesetaraan gender di tubuh kepolisian bukan lagi jargon, tetapi kerja nyata yang menyentuh masyarakat.**
TEKS : YULIE AFRIANI | EDITOR : IMRON SUPRIYADI