Beranda Budaya Ketika Sejarah Memanggil Kamera: Fadli Zon dan 120 Jam Perang Palembang”

Ketika Sejarah Memanggil Kamera: Fadli Zon dan 120 Jam Perang Palembang”

131
0
BERBAGI
Cover Buku "Perang Kota 120 Jam Rakyat Palembang"

Palembang, Inspirasinews.com– Di sebuah sudut kota Palembang yang terus bergerak menuju modernitas, ada denyut sejarah yang tak pernah benar-benar padam.

Denyut itu hadir kembali ketika sebuah buku—Perang Kota 120 Jam Rakyat Palembang karya Asnawi Mangku Alam—kembali memantik ingatan tentang heroisme rakyat Sriwijaya.

Pada Sabtu, 29 November 2025, denyut itu akan berpadu dengan dunia perfilman ketika Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dijadwalkan hadir untuk membedah buku tersebut dalam sebuah forum yang dirancang bukan sekadar seremoni, tetapi sebuah ruang dialog antara sejarah dan sinema.

Hotel Swarnadwipa Palembang menjadi panggung pertemuan dua arus besar: narasi perjuangan masa lalu dan imajinasi sinematografis masa kini.

Buku karya Asnawi Mangku Alam ini dianggap memiliki struktur dramatik yang kuat—ketegangan, kepahlawanan, benturan ideologi, dan roh perlawanan—yang menjadikannya bahan baku potensial untuk film epik sejarah.

Tidak mengherankan bila Kementerian Kebudayaan menunjukkan perhatian khusus.

Di era ketika generasi muda lebih akrab dengan layar digital daripada arsip sejarah, film menjadi medium yang paling efektif untuk merawat ingatan kolektif.

Forum bedah buku ini juga akan diisi tokoh-tokoh penting lintas disiplin.

Hadir Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru, bersama panelis : Budi Sumarno (Ketua Umum KCFI), sineas Adisurya Abdy, Director of Photography Bernhard Uluan Sirait, sejarawan Drs. Syafruddin Yusuf, M.Pd, Ph.D, dan akademisi budaya Dr. Kemas A.R. Panji.

Sementara itu, jurnalis senior Imron Supriyadi akan memandu diskusi dengan gaya khasnya yang tajam dan humanis. Forum ini diproyeksikan sebagai ajang perjumpaan antara analisis sejarah, perspektif filmmaking, dan gagasan-gagasan kebudayaan yang lebih luas.

Menariknya, gelaran akbar ini bukan satu-satunya agenda penting hari itu. Pada pagi harinya, Komunitas Cinta Film Indonesia (KCFI) Sumatera Selatan akan melaksanakan Pelantikan Pengurus Periode 2025–2030.

Pelantikan yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum KCFI, Budi Sumarno, menjadi bagian dari upaya strategis memperkuat ekosistem perfilman di Bumi Sriwijaya—mulai dari literasi film, produksi film lokal, hingga kolaborasi lintas daerah.

Ketua KCFI Sumsel, Yosep Suterisno, SE, memandang kehadiran Menteri Kebudayaan sebagai energi besar bagi gerakan film lokal.

“Ini bukan sekadar bedah buku,” ujarnya sambil menyiratkan optimisme yang kuat.

“Ini adalah pertemuan antara sejarah, budaya, dan masa depan. Generasi muda bisa melihat bagaimana kisah 120 jam perlawanan tersebut dihidupkan kembali melalui film, dokumenter, dan karya visual lain yang lebih dekat dengan dunia mereka.”

Baginya, momentum ini menjadi pintu masuk untuk menggeliatkan kembali minat generasi muda terhadap sejarah daerah lewat bahasa visual yang mereka pahami.

Yosep juga menegaskan bahwa KCFI Sumsel siap menjadikan forum ini sebagai start baru gerakan literasi film di Sumatera Selatan.

“Kisah 120 Jam Perang Rakyat Palembang ini sangat sinematik. Jika diproduksi dengan serius, ia bisa menjadi karya besar yang bukan hanya membanggakan daerah, tapi juga memperkuat film sejarah Indonesia,” tutupnya.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sendiri menaruh harapan bahwa simpul-simpul kolaborasi ini akan melahirkan sineas-sineas muda yang berani menggali sejarah lokal sebagai sumber kreativitas.

Bila benar-benar terjadi, film bukan lagi sekadar hiburan, melainkan jembatan panjang yang menghubungkan masa lalu dan masa depan—melalui cahaya, bayangan, dan kisah yang terus hidup dalam layar.

TEKS : UJANG HM  |  EDITOR  : AHMAD MAULANA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here