
Di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, waktu berjalan pelan seperti air danau yang tenang. Tak banyak yang tahu, di balik namanya yang lebih sering muncul dalam berita-berita tentang politik lokal dan hutan gambut yang terbakar saban musim kemarau, OKI menyimpan denyut kehidupan yang lain: tentang alam yang sabar, tentang keluarga yang tertawa, tentang anak-anak yang berlari di tepi danau dan suara gajah yang sesekali terdengar dari kejauhan.
Komering Ilir bukan hanya peta administratif. Ia adalah lanskap yang dihuni kenangan dan pengalaman, diwarnai tempat-tempat yang mengundang manusia untuk berhenti sejenak dari rutinitas yang riuh dan memberi ruang pada keheningan.
Dinesti Land: Disneyland dalam Bahasa Lokal

Di sudut Kayuagung yang dulunya hanya sawah dan rawa, kini berdiri sebuah tempat yang mencoba merangkum imajinasi keluarga muda: Dinesti Land.
Seperti sebuah mimpi kota kecil, tempat ini menawarkan dunia kecil yang penuh warna. Waterboom untuk anak-anak, mini kebun binatang untuk mengenal makhluk lain, hingga outbound area bagi mereka yang ingin lebih dari sekadar selfie.
Dinesti Land bukan tempat untuk tergesa-gesa. Di antara wahana dan derai tawa, ada vila dan restoran yang membuat pengunjung ingin tinggal sedikit lebih lama. Mungkin karena udara di sini masih menyimpan aroma tanah basah, atau mungkin karena tempat ini berhasil menghadirkan suasana liburan yang tak terasa artifisial.
Danau Teluk Gelam: Ketika Air Menyimpan Cerita

Air selalu punya cara sendiri menyentuh perasaan manusia. Di Danau Teluk Gelam, gelombang kecil yang menyapu tepian membawa pengunjung pada perasaan damai yang tak mudah dijelaskan.
Di sini, aktivitas bukan hanya tentang banana boat atau jetski. Ini tentang melihat mata anakmu yang bersinar saat menaiki perahu untuk pertama kali, atau tentang berkemah di bawah langit malam sambil menyeduh kopi sachet dan bercakap tentang masa depan.
Bagi banyak keluarga dari Palembang hingga Kayuagung, Teluk Gelam lebih dari sekadar tempat rekreasi—ia adalah ruang aman untuk berkumpul dan menjadi manusia yang lebih lambat, lebih mendengar, lebih hadir.
Bukit Batu: Puisi dari Karang dan Daun

Beberapa tempat tidak butuh penjelasan panjang. Bukit Batu adalah salah satunya. Di desa kecil yang menyandang nama yang sama, Bukit Batu menjulang rendah, tapi punya pesona yang menggetarkan. Batu-batu besar berdiri seperti patung alam, membentuk wajah manusia atau siluet binatang—tergantung siapa yang melihat dan imajinasi macam apa yang ia bawa.
Tempat ini tenang. Tidak ada loket, tidak ada pengumuman nyaring. Hanya angin, pepohonan, dan langit yang berubah warna. Bagi fotografer, ini adalah kanvas terbuka. Bagi yang penat, ini adalah halaman pertama untuk memulai kembali.
Lebak Deling: Pantai yang Lahir dari Rawa

Di tengah wilayah berawa, siapa sangka ada hamparan pasir putih yang seolah menyimpan cerita dari masa silam? Lebak Deling tak berbicara keras, tapi siapa pun yang menginjakkan kaki di sini akan merasa seperti menemukan sesuatu yang ganjil namun memesona.
Dikelilingi pepohonan yang menggigil oleh angin, tempat ini menjadi lokasi favorit para pencinta swafoto dan pejalan yang mencari yang tak biasa. Mungkin inilah paradoks yang ditawarkan OKI: keindahan muncul justru dari hal-hal yang dianggap mustahil.
Padang Sugihan: Di Mana Gajah Masih Punya Rumah

Tak jauh dari hiruk pikuk manusia, Suaka Margasatwa Padang Sugihan berdiri sebagai pengingat bahwa kita tak sendiri di dunia ini. Kawasan ini adalah rumah bagi mereka yang semakin kehilangan habitatnya: gajah liar, harimau sumatera, burung-burung yang pernah mewarnai dongeng masa kecil kita.
Melihat satwa liar di tempat seperti ini bukan soal hiburan. Ini soal kesadaran. Bahwa manusia bukan penguasa mutlak, hanya penyewa sementara di atas bumi yang sama. Suaka ini bukan kebun binatang. Ini adalah sisa-sisa harapan.
Pulau Maspari – Surga Kecil Penjaga Samudera

Tersembunyi di selatan OKI, Pulau Maspari adalah pulau kecil di perairan Laut Jawa yang jarang tersorot kamera wisatawan. Tapi jangan salah—di balik sunyinya, Maspari menyimpan peran besar.
Pulau ini menjadi lokasi konservasi penyu langka dan berbagai spesies burung migran yang menjadikan Maspari sebagai tempat singgah. Pasir putihnya masih alami. Airnya jernih. Hutan bakaunya lebat. Sebuah oase ekologi di tengah keterasingan.
Mengakses Maspari memang tidak semudah ke tempat wisata biasa. Dibutuhkan perjalanan laut dari Tulung Selapan dengan perahu nelayan. Tapi bagi penikmat wisata alam sejati, inilah harga dari keaslian.
Pulau Maspari bukan sekadar tujuan. Ia adalah penjaga sepi, benteng terakhir keanekaragaman hayati, dan sebuah catatan alam yang ditulis diam-diam oleh waktu. Pulau ini layak masuk daftar destinasi penting—bukan karena ramai, tapi justru karena sunyinya.
Ogan Komering Ilir bukan hanya simpul administratif di peta Sumatera Selatan. Ia adalah ruang hidup yang masih setia merawat semesta kecilnya. Di antara air, batu, rawa, dan satwa, OKI menawarkan pelarian yang bukan sekadar piknik. Ia mengajak kita pulang ke dalam diri, di mana keheningan menjadi guru terbaik, dan alam adalah buku yang tak pernah habis dibaca.
Teks : Tim | Editor : Imron Supriyadi