Beranda Agama Kapan Aku ke Tanah Suci : AMITRA (FIF Group) Siapkan Dana Talangan...

Kapan Aku ke Tanah Suci : AMITRA (FIF Group) Siapkan Dana Talangan Haji

12
0
BERBAGI
FOTO : KH Taufik Hidayat, S. Ag, M.I, Kom, Pendiri dan Pimpinan Pondok Pesantren Laa Roiba, dalam Seminar Inspirasi Haji, PDKT Muaraenim, Sabtu, 6 September 2025 (Sumber : AMITRA)

Muara Enim, Sabtu, 6 September 2025 – Pagi itu, Gedung PDKT Muara Enim tidak sekadar menjadi ruang acara.  Ia menjelma menjadi arena perenungan. Sekitar 50-an undangan dan jamaah datang berangsur-angsur, sebagian masih bertegur sapa, sebagian lain menunduk diam.

Hari itu, AMITRA (FIFGROUP) dan Bank Muamalat Cabang Muara Enim menggelar Seminar Inspirasi Haji.

Hadir dalam acara ini Kepala Cabang FIFGROUP Aron P. Hutalung, Ayu Lidia dari Bank Muamalat, Kasi Haji Kemenag Muara Enim Ustadz H. M. Amin, Lc, serta KH. Taufik Hidayat, pendiri Pesantren Laa Roiba Muara Enim.

FOTO : Radian Kurnian, MArketing AMITRA (FIFGroup), dalam Seminar Inspirasi Haji, PDKT Muaraenim, Sabtu, 6 September 2025 (Sumber : AMITRA)

Ada pula Radian Kurniawan, Marketing AMITRA, yang memperkenalkan solusi finansial bagi umat yang ingin bergegas menunaikan ibadah haji.

Namun, suasana berubah hening ketika KH. Taufik mengawali ceramahnya. Bukan dengan penjelasan fiqh, bukan pula dengan daftar rukun haji. Ia memulai dengan pertanyaan dari langit:

“Fa Aina Tadzhabûn?” – Maka ke manakah kalian akan pergi? (QS. At-Takwir: 26).

Hidup yang Hanya Mampir Minum

“Pertanyaan ini,” ujar KH. Taufik, “bukan tentang arah perjalanan jasmani. Ini ujian eksistensial. Ke mana hidup kita diarahkan, ke mana hati kita berpaling?”

Ia lalu mengutip seorang sufi: “Kita semua menuju satu titik berhenti bernama kematian.” Dalam tradisi Jawa, ungkapan itu sering terdengar sederhana: hidup mung mampir ngombe – hidup ini hanya singgah untuk minum.

KH. Taufik mengutip firman Allah dalam QS. Al-A’raaf ayat 34:

“Setiap umat memiliki ajal. Jika telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkan barang sesaat, dan tidak (pula) memajukan.”

Kata-katanya menembus ruang hati. Beberapa jamaah menunduk, ada yang menghela napas panjang.

Belajar dari Nabi Ibrahim

Namun, menurut KH. Taufik, jawaban paling kuat terhadap pertanyaan “Ke mana kita akan pergi?” telah diajarkan Nabi Ibrahim. Ia membacakan QS. Ash-Shaffat ayat 99:

“Sesungguhnya aku akan pergi menuju Tuhanku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”

“Jawaban Ibrahim tegas. Tidak ada tawar-menawar,” ucap KH. Taufik dengan suara bergetar. “Kalau Nabi Ibrahim menjawab ‘aku menuju Tuhanku’, bagaimana mungkin kita berkata kepada Allah: ‘tunggu sebentar, saya masih ada urusan dunia’? Itu kelalaian.”

Baginya, haji adalah jawaban paling konkret seorang hamba. Sebuah perjalanan menuju Allah, meneladani Ibrahim yang meninggalkan segalanya demi Rabbnya.

Empat Golongan dalam Urusan Haji

KH. Taufik lalu membagi umat Islam dalam empat golongan. Pertama; Galak dan Pacak – mau dan mampu. Golongan ideal, siap secara niat dan finansial.

Kedua; Pacak tapi Dak Galak – mampu tapi tidak mau. Mereka sehat dan kaya, tapi selalu menunda dengan alasan belum pantas.

Ketiga; Galak tapi Ndak Pacak – mau tapi belum bisa. Inilah mayoritas, yang rindu haji tetapi terhambat biaya.

Keempat; Ndak Galak dan Ndak Pacak – tidak mau dan tidak bisa. Inilah golongan yang lebih kronis.

“Mayoritas kita ada di golongan ketiga,” ujarnya. “Dan di sinilah pentingnya hadir fasilitas seperti AMITRA.”

AMITRA: Jalan Bagi yang Mau tapi Belum Bisa

“Kalau kemarin ada yang berkata mau tapi tidak punya biaya, sekarang Allah bukakan jalan,” tegas KH. Taufik.

“Dengan AMITRA, bahkan anak berusia 12 tahun sudah bisa didaftarkan untuk menabung porsi haji. Jadi, galak apo idak?” ujarnya dengan logat khas Sumsel, membuat jamaah tersenyum.

Radian Kurniawan dari AMITRA memperkuat penjelasan itu. Ia menegaskan bahwa produk AMITRA legal dan syariah.

“Kami diawasi OJK, berlandaskan fatwa DSN-MUI, dan dijalankan dengan akad syariah. Kehadiran kami murni untuk membantu umat yang ingin segera mendaftar haji tanpa harus menunggu terlalu lama menabung,” katanya.

Foto Bersama Usai menggelar Seminar Inspirasi Haji, Sabtu 6 September 2025 di Gedung PDKT Muaraenim (Sumber : AMITRA)

Dengan mekanisme ini, jamaah cukup menyiapkan sebagian dana, sementara kekurangannya ditopang oleh AMITRA. Setelah mendapat porsi, jamaah mencicil kekurangannya secara syariah.

Kepastian Porsi Haji

Meski jadwal keberangkatan haji kerap dianggap terlalu lama, Ustadz M. Amin, Lc, dari Kemenag Muara Enim menegaskan jamaah tak perlu khawatir.

FOTO : H M Amin. Lc, Kasi Haji Kemenag Muaraenim, dalam Seminar Inspirasi Haji, PDKT Muaraenim, Sabtu, 6 September 2025 (Sumber : AMITRA)

“Setiap jemaah yang sudah mendapat porsi pasti berangkat. Kadang ada ribuan yang mundur atau wafat, sehingga antrian bisa lebih cepat. Jangan karena jadwal masih lama lalu mengurungkan niat. Niat itu sudah dicatat Allah,” ujarnya.

Hidup sebagai Jawaban

KH. Taufik menutup ceramah dengan doa dan refleksi:

“Hidup adalah perjalanan. Titik akhirnya kematian. Jangan sampai ketika maut menjemput, kita menjawab Allah dengan janji-janji yang tertunda. Jawablah sekarang, dengan berhaji, perjalanan agung menuju Allah.”

Acara ditutup dengan foto bersama, pembagian suvenir, dan senyum jamaah yang tampak lebih lega.

Seminar Inspirasi Haji itu tak hanya memberi pengetahuan, tapi juga menghadirkan getaran spiritual: bahwa setiap langkah menuju Allah akan dimudahkan, jika niatnya sungguh-sungguh.

TEKS : IMRON SUPRIYADI  |  EDITOR : AHMAD MAULANA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here