PALEMBANG | Inspirasinews.com – Di pelataran Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, pagi itu terasa istimewa. Senyum-senyum muda tampak di balik peci dan kerudung.
Mereka bukan sekadar penumpang biasa. Mereka adalah para duta ilmu dan akhlak yang membawa harum nama Sumatera Selatan ke pentas dunia.
Lima belas santri terbaik itu berangkat menuju Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional 2025 yang berlangsung di Pesantren As’adiyah Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan, 1–7 Oktober 2025.
Keberangkatan ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan ruhani: mengangkat kitab kuning, warisan ulama klasik, agar tetap bercahaya di abad modern.
Seleksi Ketat, Santri Terbaik
Muhammad Badrut Tamam, Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Sumsel, menjelaskan bahwa para santri berasal dari berbagai pondok pesantren di Palembang, Banyuasin, Prabumulih, dan Muaraenim. Mereka lolos seleksi Computer Based Test (CBT) yang berlangsung beberapa waktu lalu.
Tujuh santri akan tampil pada kategori wustho (nahwu, akhlak, fiqih-ushul fiqih, hadist-ilmu hadist), sedangkan delapan santri lainnya tampil di kategori ulya (nahwu, tafsir-ilmu tafsir, tarikh, dan tauhid). Mereka didampingi 11 ofisial dan pembina.
Seleksi berbasis digital ini memberi pesan penting: pendidikan Islam sedang bertransformasi—tradisi kitab kuning kini berdampingan dengan teknologi modern.
Perjalanan Panjang, Doa yang Mengiringi
Kontingen dijadwalkan terbang pukul 11.20 WIB dari Palembang. Setelah transit di Jakarta, mereka melanjutkan penerbangan ke Makassar, lalu menempuh perjalanan darat enam jam menuju Pesantren As’adiyah Sengkang.
Di pesantren inilah mereka akan tinggal, berbaur dengan peserta lain, menyiapkan mental dan ilmu. Pembukaan kegiatan digelar 2 Oktober pagi dan ditutup 7 Oktober 2025.
Bagi para santri, perjalanan ini penuh makna. Setiap kilometer adalah doa, setiap detik adalah ikhtiar. Mereka meninggalkan keluarga, guru, dan kampung halaman untuk membawa misi dakwah ilmu.
Panggung Dunia Pesantren
Kakanwil Kemenag Sumsel, Syafitri Irwan, menyebut MQK Internasional 2025 sebagai “peluang emas” bagi santri Sumsel.
“Ini kesempatan menimba pengalaman sebanyak mungkin, sekaligus memperluas wawasan. Semoga mereka dapat menampilkan performa terbaik dan mengharumkan nama Sumatera Selatan,” ujarnya penuh harap.

Dari perspektif Inspirasi Islam, MQK Internasional bukan sekadar kompetisi. Ia adalah ruang perjumpaan budaya Islam dunia: santri Sumsel bertemu para qari, pengkaji kitab, dan intelektual muda dari Brunei, Malaysia, Myanmar, Vietnam, hingga Timor Leste.
Kitab Kuning, Cahaya yang Terus Menyala
Musabaqah Qiraatil Kutub lahir dari tradisi membaca, memahami, dan menjabarkan kitab kuning—tradisi yang telah hidup berabad-abad di pesantren Nusantara. Di tengah derasnya arus digital, kitab kuning tetap menjadi “peta jalan” pembentukan akhlak dan pemikiran Islam.
Dengan tampil di MQK Internasional, santri Sumsel membawa pesan: literasi Islam klasik tetap relevan, bahkan di panggung global.
Inspirasi Bagi Generasi Muda Muslim
Feature ini bukan hanya kabar gembira, tetapi juga undangan bagi kita semua—terutama generasi muda—untuk kembali mencintai ilmu dan kitab. Semangat para santri ini mengingatkan bahwa belajar agama bukan sekadar ritual, tetapi juga pengabdian panjang.
Madrasah dan pesantren bisa menjadikan momen ini sebagai energi baru: mengintegrasikan metode tradisional dan modern, menyiapkan kader ulama yang fasih kitab kuning sekaligus melek teknologi.
Meniti Jalan Dakwah Lewat Ilmu
Keikutsertaan Sumsel dalam MQK Internasional 2025 adalah tanda bahwa pesantren tidak berjalan sendiri. Dukungan Kemenag, para guru, orang tua, dan masyarakat adalah ekosistem yang membuat mereka mampu menapak panggung dunia.
Bagi pembaca Majalah Inspirasi Islam, perjalanan ini memberi pelajaran: dakwah tidak selalu di mimbar, tetapi juga lewat prestasi akademik, kompetisi ilmiah, dan kolaborasi internasional.
Doa dan Harapan
Kita berharap 15 santri itu bukan hanya membawa pulang piala atau gelar juara, tetapi juga membawa pulang pengalaman berharga, jejaring global, dan inspirasi bagi ribuan santri di Sumatera Selatan.
Di era disrupsi moral dan informasi, MQK Internasional menjadi oase—tempat nilai-nilai Islam, ilmu, dan akhlak dipertemukan.
MQK Internasional : teladan
Ada semangat yang menular dari perjalanan ini: semangat menjadi bagian dari kebangkitan Islam yang moderat, intelektual, dan kreatif. Santri Sumsel di MQK Internasional adalah teladan bahwa generasi muda muslim tak sekadar penonton perubahan, tetapi penggerak peradaban.
Semoga langkah mereka menjadi jalan keberkahan, memperkuat identitas Islam Nusantara, dan menyebarkan inspirasi bahwa ilmu adalah jalan dakwah yang tak lekang zaman.
TEKS : YULIE AFRIANI | EDITOR : IMRON SUPRIYADI