
Palembang, Inspirasinews.com — Rabu siang, 10 September 2025, Aula Kanwil Kemenag Sumsel di Jalan Jenderal Sudirman Palembang terasa lebih teduh dari biasanya.
Di tengah deretan kursi yang tertata rapi, Hj. Zaliah duduk ditemani putrinya, Afni. Wajahnya masih tampak menyimpan duka. Suaminya, H. Muhammad Ali Djalan, jemaah haji asal OKU Timur, wafat di pesawat Saudia Airlines dalam perjalanan pulang ke Tanah Air tiga bulan lalu.
Hari itu, Rabu (10/09/2025), untuk pertama kalinya ia kembali ke Palembang bukan untuk menunaikan ibadah, melainkan untuk menerima santunan asuransi extra cover sebesar Rp130 juta—sebuah hak yang dijanjikan pihak maskapai bagi jemaah haji yang meninggal di perjalanan.

Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Kakanwil Kemenag Sumsel, Dr H. Syafitri Irwan, S.Ag, M.Pd.I, disaksikan Direktur Pengelolaan Dana Haji dan SIHDU Kemenag, H. Ramadhan Harisman, serta Country Manager Saudia Airlines Indonesia–Singapura–Australia, Faisal S. Alallah.
“Ini bukan sekadar angka. Ini bentuk tanggung jawab kami untuk melindungi jemaah,” ujar Syafitri Irwan di hadapan keluarga almarhum. Suaranya mantap, tapi sorot matanya menunjukkan empati.
Di Balik Santunan
Program asuransi jiwa dan kecelakaan bagi jemaah haji sebenarnya sudah lama berjalan, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019.
Namun jarang terpublikasikan ke publik luas. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan maskapai haji untuk memberikan perlindungan sejak jemaah memasuki asrama embarkasi hingga kembali ke tanah air.
Pada musim haji 1446 H/2025 M, ada 23 jemaah haji Embarkasi Palembang meninggal dunia. Seluruhnya telah menerima santunan asuransi pemerintah sebesar biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) sebesar—Rp54.411.751 juta per jemaah.
Khusus mereka yang wafat di pesawat, mendapatkan tambahan asuransi extra cover dari maskapai sebesar Rp130 juta.
“Ini wujud negara hadir, melindungi umat hingga titik akhir,” kata Ramadhan Harisman, Direktur Pengelolaan Dana Haji dan SIHDU. Ia menekankan pentingnya transparansi dan kecepatan pencairan. “Jangan sampai keluarga merasa dipersulit. Mereka sudah kehilangan, jangan ditambah kesedihan dengan birokrasi yang berbelit.”
Komitmen Saudia Airlines: Lebih dari Sekadar Maskapai
Country Manager Saudia Airlines untuk Indonesia, Singapura, dan Australia, Faisal S. Alallah, datang khusus ke Palembang. Dalam bahasa Indonesia yang terbata, ia menyampaikan dukacita dan rasa hormat. “Kami mengucapkan turut berduka cita dan semoga almarhum haji mabrur. Ini komitmen kami terhadap keselamatan dan perlindungan penumpang,” ujarnya.
BACA ARTIKEL TERKAIT :
Bagi Saudia, extra cover bukan sekadar kewajiban kontraktual, tetapi juga investasi kepercayaan. Setiap musim haji, ratusan ribu jemaah Indonesia mengandalkan maskapai ini. Perlakuan yang manusiawi akan menjaga citra perusahaan sekaligus mempererat kerja sama dengan pemerintah Indonesia.
Duka, Syukur, dan Harapan
Afni, anak perempuan almarhum, tidak kuasa menahan air mata saat menerima cek simbolis. “Alhamdulillah kami menerima santunan ini. Terima kasih kepada semua pihak yang membantu,” ucapnya lirih. Ucapan itu sederhana, tapi mencerminkan perasaan campur aduk antara kehilangan dan rasa lega.
Bagi keluarga almarhum, santunan ini tidak akan menghapus duka. Tapi setidaknya menjadi tanda bahwa ibadah terakhir H. Muhammad Ali Djalan tidak dilupakan begitu saja. Santunan juga membantu keluarga menata kembali kehidupan pasca-kepergian kepala keluarga.
Mencatat Jejak Pelayanan Publik
Penyerahan santunan di Aula Kanwil Kemenag Sumsel hari itu juga menjadi panggung kecil untuk memperlihatkan wajah pelayanan publik yang lebih manusiawi. Tidak hanya pejabat Kemenag dan pihak maskapai, hadir pula Kakankemenag OKU Timur A. Kadir, Kabag Tata Usaha H. Taufiq, Kabid PHU H. Arkan Nurwahiddin. Mereka berbaur menyaksikan prosesi yang sederhana namun penuh makna.
Peristiwa ini menunjukkan bagaimana sistem asuransi haji bekerja. Dari hulu ke hilir, mulai regulasi, perjanjian kerja sama, hingga eksekusi pencairan. Semua berpadu untuk satu tujuan: memberikan rasa aman dan kepastian bagi jemaah haji.
Di Balik Angka, Ada Cerita Kemanusiaan
Redaksi KabarSriwijaya.NET mencatat, setiap angka santunan menyimpan cerita manusia. Di balik Rp130 juta extra cover, ada perjalanan spiritual yang berakhir di udara; ada istri yang kini sendiri; ada anak-anak yang kehilangan ayah.
Kebijakan publik seperti ini sering kali dipandang administratif. Padahal, bagi keluarga jemaah, ia adalah wujud nyata kasih sayang negara. Ia memastikan bahwa ibadah haji bukan hanya pengalaman transenden, tetapi juga dilindungi secara imanen oleh sistem yang berpihak pada jamaah.
Santunan sebagai Simbol Kehadiran Negara
Peristiwa di Aula Kanwil Kemenag Sumsel bukan sekadar serah terima cek. Ia adalah simbol hadirnya negara dan mitra-mitranya hingga ke titik paling rapuh kehidupan warganya. Dalam konteks ini, Kemenag Sumsel dan Saudia Airlines sedang menunjukkan bahwa birokrasi dan bisnis bisa berkolaborasi dalam kemanusiaan.
Santunan extra cover Rp130 juta bagi keluarga H. Muhammad Ali Djalan mungkin hanya satu kasus dari puluhan ribu jemaah. Namun dari satu kasus ini kita belajar, pelayanan publik yang baik adalah yang menggabungkan aturan, empati, dan kecepatan.
Melihat momen ini, bukan sekadar berita lepas, tetapi potret bagaimana birokrasi di bidang keagamaan terus berbenah, menjaga martabat jemaah, dan menghadirkan rasa keadilan bahkan di tengah duka.
TEKS ASLI : Humas Kemenag Sumsel / Diolah Redaksi KabarSriwijaya.NET